Powered By Blogger

25 December 2005

Salah Kaprah

Ada orang yang bertanya, bisa nggak sih pohon natal itu diganti dari pohon cemara jadi pohon pisang, atau sinterklas diganti jadi badut atau ondel-ondel? ..... saya berpikir sejenak .....why not? karena toh ornamen-ornamen Natal itu semuanya hanyalah legenda yang tidak ada dasar kristianinya atau tidak ada dasar alkitabnya, coba saya tanya anda apa hubungannya pohon cemara dan lampu-lampu kerlap-kerlip dengan Yesus?, dan apa hubungannya Sinterklas dengan Yesus?. Perayaan natal sudah berurat berakar dan menjadi tradisi turun-temurun sejak dulu sampai sekarang walaupun sejarah asal-usul natal tidaklah bersifat kristen, dan Alkitab tidak menulis bahwa Yesus lahir pada tanggal 25 desember - lihat tulisan saya sebelumnya tentang asal-usul Natal. Ketika saya bertanya pada orang yang telah terindoktrinasi tentang perayaan Natal mengapa mereka masih tetap merayakannya, mereka mengatakan bahwa walaupun latar belakang sejarah 25 desember itu sebenarnya adalah hari raya dewa saturnalia, namun hal itu tidak menjadi masalah selama motivasi dari orang-orang adalah untuk meng-agungkan Yesus kristus dan bersyukur atas kelahirannya, demikian menurut mereka. Namun saya ingin bertanya, apakah makna natal saat ini memang benar-benar untuk meng-agungkan kelahiran Yesus, tidakkah ada unsur-unsur kepentingan pribadi dan semangat materialisme yang diusung oleh perayaan ini? kembali ke pertanyaan di atas tadi apakah tokoh sinterklas bisa digantikan dengan badut? why not selama badut tersebut bisa juga memberikan hadiah-hadiah natal yang banyak bagi anak-anak...bukan? atau bisakah pohon cemara digantikan dengan pohon pisang? why not selama pohon pisang juga dapat dihiasi lampu-lampu kerlap-kerlip lengkap dengan ornamen lonceng dan bintangnya selama tujuannya untuk bergembira ria dan bersenang-senang ....bukan?. Jadi sejujurnya apakah makna dari Natal jika dilihat dari fakta tadi? apakah benar-benar untuk memuji Tuhan ataukah ada motivasi lain yang lebih kepada semangat mementingkan diri? Mal-mal, plaza-plaza, supermarket, toko-toko mainan dan semua area bisnis telah mengambil kesempatan untuk mencari keuntungan materi melalui acara Natal ini dengan segala jenis dagangannya, sementara itu orang-orang dari mulai anak-anak sampai dewasa telah menggunakan kesempatan ini untuk menghambur-hamburkan uang demi kesenangan pribadi, ada yang ke diskotik ajojing sambil minum-minum alkohol, bagi anak-anak mereka sibuk memikirkan hadiah-hadiah natal...sehingga motivasinya bukan lagi untuk mengenang Yesus. Di sisi lain ada orang-orang yang tidak mampu secara materi tidak bisa menikmati kesenangan perayaan Natal tersebut dan akhirnya kecewa, kecewanya bukan karena tidak bisa mengenang dan memuji Tuhan atas kelahiran sang juru selamat melainkan kecewa karena tidak bisa turut bergembira ria seperti orang-orang berduit yang kaya.
Timbul pertanyaan dalam benak saya, tidakkah sebenarnya makna yang paling dalam dari kehadiran Yesus ke dunia ini adalah "kematiannya" bukan kelahirannya? sebab hanya karena kematian Yesuslah umat manusia di bumi ini dapat ditebus dosa-dosanya, hanya karena darah dan tubuh Yesus yang dikorbankannyalah semua manusia dapat ditebus dari dosa dan kematian. Jadi esesnsi yang terpenting adalah kematian bukan kelahiran. Ada pepatah lama mengatakan "gajah mati meninggalkan gadingnya, orang mati meninggalkan amalnya". Makna kematian lebih dalam daripada kelahiran. Ketika seorang anak lahir orang-orang bergembira-ria menyambut kelahirannya tetapi coba bayangkan setelah si anak tersebut dewasa dan menjadi penjahat kriminal sampai matinya, tidakkah anak tersebut pada akhirnya meninggalkan "nama" yang buruk setelah dia mati? Nah Yesus Kristus telah setia sampai mati dan telah meninggalkan nama yang baik serta teladan yang sempurna kepada umatnya yaitu teladan kasih. Dan yang paling utama Yesus telah mati untuk menebus dosa umat manusia sehingga orang-orang berdosa memiliki kesempatan untuk bertobat dan "diperdamaikan" dengan Tuhan, maka tidakkah hari kematian Yesus yang seharusnya kita rayakan untuk mengenang jasanya, teladannya dan namanya?.... karena seorang bayi yang lahir tidak dapat memberikan teladan apa-apa, hanya orang yang telah dewasa dan bertahan menjadi orang yang baik dan benar seumur hidupnya sampai dia mati yang dapat meninggalkan teladan untuk dikenang dan ditiru orang lain. Jadi menurut anda manakah frase yang lebih menyentuh dan lebih dalam maknanya bagi kita "Yesus telah lahir bagi kita"? ataukah "Yesus telah mati bagi kita untuk menebus dosa-dosa kita" silahkan anda merenungkannya.

No comments: